Tuesday, June 24, 2008

Hal remeh yang sangat berharga

Oprah merupakan sebuah acara yang selalu bisa memberiku inspirasi. Tidak heran, selain Nat Geo, Oprah adalah salah satu acara TV favoritku. Kali ini dia membahas sebuah topik mengenai true love, yang terinspirasi oleh film Love In The Time of Cholera. Film ini bisa dikatakan salah satu film yang cukup sekali memberi inspirasi dan tentunya memunculkan sebuah pertanyaan dalam benakku, sebetulnya bagaimanakah cara menyiasati cinta dan kesetiaan yang bertepuk sebelah tangan (mungkin lebih tepatnya adalah cinta yang dianggap oleh satu pihak sebagai ilusi dan pihak lainnya menganggap itu cinta sejati). Apakah harus seperti Florentino Ariza?
Tokoh Florentino Ariza memiliki cita-cita untuk mendapatkan cinta sejatinya dan selalu berusaha mewujudkannya, sampai akhirnya di tahun ke-53 dia berhasil mendapatkan cinta sejatinya. Namun proses yang dilewati selama 53 tahun sungguh membuat aku berpikir, apakah begitu caranya menyembuhkan luka? Aku kurang setuju sebetulnya karena itu hanya pelarian menurutku. Apakah orang yang dijadikan tempat pelarian selalu merasa diuntungkan atau merasa bahagia?
Yah, itulah film. Film yang terkadang emang susah dicerna dengan nalar.

Dalam Oprah kali ini, ada beberapa pasangan yang dihadirkan. Mereka sudah menikah dalam rentang waktu yang cukup lama dan mereka memiliki cara masing-masing dalam menjaga keutuhan pernikahan mereka. Namun ada satu hal yang paling membuat mereka jatuh cinta satu sama lain adalah hal-hal yang terkadang mereka anggap “remeh”, seperti “I love you because you cooked breakfast”, “I love you because you taking care the kids”, atau just “I love you”.

Bagiku, “hal-hal remeh” memiliki arti yang sangat berharga. Mungkin hal-hal besar juga penting, namun “hal-hal remeh” aku rasa akan lebih penting. Ketika saling marahan, selembar kertas kecil di meja dapur bertuliskan “I love you today”, mungkin bisa saja menjadi arbitrator yang sangat profesional.

Di acara itu juga ada seorang psikolog yang jatuh cinta pada pandangan pertama, ketika melihat foto putri kecantikan Israel. Waktu itu psikolog tersebut berusia 17 tahun. Sejak pertama kali melihat foto gadis itu, dia merasa bahwa suatu hari nanti mereka akan hidup bersama. Namun waktu berlalu dengan caranya masing-masing. Sang psikolog menikah dengan wanita lain dan memiliki dua orang anak, demikian juga dengan si putri Israel. Namun bayangan gadis Israel itu tidak pernah lenyap dari benak si psikolog, sampai di usia 60-an tahun, dia bertekad untuk mencari cinta sejatinya. Akhirnya sekarang mereka menikah dan hidup bersama. Sekilas terpikirkan, kenapa psikolog itu tidak mengejar cinta sejatinya dahulu ya, sebelum dia menikah dengan ibu dari anak-anaknya. Hmmm..., mungkin karena waktu itu dia merasa itu hanya sebatas ilusi. Mungkin saja, krn dia seorang psikolog, dia menganggap itu hanya cinta anak muda, cinta yang muncul hanya karena sepasang mata yang cantik, cinta yang akan pupus dengan cara mencintai orang lain, atau mungkin karena situasi dan kondisi saat itu yang kurang tepat, namun seiring berjalannya waktu, ternyata hanya si putri Israel-lah yang ada di benak dan hatinya.

Tidak mudah memang mencintai seseorang, namun lebih tidak mudah lagi untuk melupakan orang yang pernah kita cintai. Bagiku, akhirnya aku memilih untuk berusaha tidak melupakan mereka. Karena, semakin giat kita berusaha melupakan orang yang kita cintai, semakin besar penderitaan yang kita alami dan sekilas seperti tindakan membohongi diri sendiri atau melarikan diri. Sedih iya memang, namun akan lebih baik jika menyimpan semuanya. Lalu muncul pertanyaan iseng di benak “nanti orang yang menjadi pelabuhan terakhir hanya mendapat sedikit sekali bagian cintanya? Karena space-nya dihabiskan untuk menyimpan yang terdahulu”. “Hmmm, belum tentu juga sih, semuanya tentu ada masa expired-nya. Jika expired, dia tidak akan menghabiskan bagian cinta yang dimiliki. Kalau semua yg tersimpan sudah expired, si pelabuhan terakhir akan sangat beruntung krn mendapatkan 100% bagian penuh. Dan kayanya hanya yang terakhir itu yang tidak memiliki masa expired”, jawaban isengpun terucap di hati.

Membahas cinta memang menyenangkan, melelahkan, menantang, dan juga membosankan. Tapi ini adalah salah satu fakta yang sering membuat dilema dalam kehidupan. Kehidupanku salah satunya.

Mungkin satu hal yang mungkin perlu lebih diperhatikan adalah hal yang terkadang diaggap “remeh”. Mungkin saja kita tidak menyadari bahwa ada orang yang sangat mencintai kita namun setiap hari dia hanya bisa mengungkapkannya dalam sebuah kalimat yang cenderung biasa seperti selamat pagi, good luck, hati-hati ya, bersemangatlah, baik-baik disana, jaga kesehatan, hai..., etc...


Peace and Love

-Putu-

No comments: