Saturday, June 25, 2011

Bersama Mereka

halo "My Memories", happy saturday :)

kali ini aku ingin mengabadikan isi kepala tatkala teringat teman-teman se-gang dengan jenis setipe, alias mirip.

sejak kecil, terus terang aku jarang punya sobat, karena ada beberapa pengalaman buruk terkait persahabatan, sampai akhirnya thn 1998 aku menemukan kembali makna persahabatan itu. Dan.... disanalah mereka, aku, kami bertemu dan berbagi.

setelah aku review selama satu dekade lebih, ternyata memang kami memiliki banyak kemiripan, selain kesehatan jasmani, rohani, kecerdasan, dan kesemaptaan yang OK, ternyata kehidupan keluarga dan asmara juga serupa.

memang betul ternyata teori, entitas akan saling tarik menarik apabila mereka ada kemiripan. dan itulah kami.

kali ini aku tidak ingin bicara mslh kecerdasan, krn rata-rata standard, meski ada yang jauh di langit dan ada yang terdampar di awang-awang. tapi intinya kami telah terstandardisasi.

aku akan membahas sedikit tentang pola hidup sosial masyarakat. ternyata kami itu rata-rata memiliki keluarga yg idealis dan penuh semangat, serta mendorong kami utk selalu bertanggung jawab.
untuk asmara, ternyata juga setipe, yaitu akan mencintai sepenuh hati orang yg benar2 tepat (minimal menurut kami). hal ini yg paling seru, karena seringkali pendapat kami tidak sesuai dengan orang tua atau lingkungan sekitar.

hal tersebut memunculkan dilema berkepanjangan, sehingga ada yg nekat kabur dari rumah, ada yg sampai masuk kursus khusus, ada yg sampai ngambek tak henti-henti. perilaku ini kami anggap wajar, karena kami sangat sadar bahwa kami adalah sekelompok orang yg sangat mencintai orang tua dan selalu berupaya memberikan yg terbaik. namun kami merasa kecewa tatkala pilihan masa depan kami yg sangat utama tiba-tiba ditentang dan dianggap kesalahan. so, mana yg bener???

jalan tengah pun kami ambil. pendidikan keras membuat kami menjadi pribadi-pribadi yg tangguh, meski sesekali air mata mengalir. keputusan pun di ambil, bahwa kami akan bertanggungjawab untuk setiap pilihan yg kami buat.

dulu, kami berjuang setengah mati utk mencapai cita-cita dan kami bertanggungjawab menunaikannya dgn baik, tanpa cacat. it was done well.
selanjutnya setiap keputusan lainnya, termasuk keputusan menghormati orang tua pun adalah hal yg kami pertanggungjawabkan.

everything is about responsibility.

bukan berniat menjadi anak badung dan penentang. tapi semuanya adalah pilihan hidup. memilih mjd anak pintar dan berprestasi, memilih hidup nomaden, memilih berkarir di dunia tertentu, memilih untuk mencintai seseorang, memilih untuk bertahan hidup di dunia ini..... semuanya adalah pilihan dan tidak ada seorang-pun yg berhak menentukan pilihan orang lainnya. memberi saran/kritik mungkin masih boleh asal diminta. mengomentari.... hmmm gak jelas juga sie, krn berkomentar adalah hak setiap manusia jg, selama mereka punya indria yg digunakan.

so.... yg tertinggal hanya visi jauh ke depan dan kekuatan utk berupaya demi yg terbaik.

enjo(i) life.!.