Saturday, September 27, 2008

Lippo Karawaci yang sangat menginspirasiku

Ketika mendengar kata Lippo Karawaci, aku merasa berterimakasih, mungkin krn aku tinggal disana pada saat pertama kali datang ke Jakarta, sehingga aku bisa memandang kota besar ini dengan lebih positif.

Segala sesuatu yang ada disana memang unik dan berhasil memikatku, tidak heran jika aku senang sekali menghabiskan hari-hari hanya untuk sekedar hang out atau berlari pagi atau duduk-duduk di taman di sekitar sana selama 6 tahun. Berkampus di Universitas Pelita Harapan salah satu tempat yang sangat menyenangkan, hal pertama yang membuat aku jatuh cinta at first sight adalah perpustakaannya. Bukunya sangat lengkap dan itu adalah rumah keduaku waktu kuliah dulu. Saat ini aku menemukan hal baru yg sangat memikat, yaitu Times Book Store. Kombinasi dari Kinokuniya dan QB (sesuai cita2ku). Kenapa mirip QB, karena disana disediakan tempat duduk yg nyaman banget untuk membaca. Kenapa mirip Kino, krn bukunya lengkap banget, all imported books, meski ada segelintir buku terbitan Indonesia.

Semua yang ada disana memang merupakan perwujudan dari sebuah mimpi, cita-cita sang pendiri, yang juga salah satu inspiratorku, keluarga Riyadi. Bertemu, mendengar ceramah Beliau, membaca buku Beliau, aku menjadi semangat bahwa mimpi itu bisa diwujudkan dengan usaha yg tulus dan pantang menyerah. Terus terang, aku sangat kagum dengan mereka, mereka yang punya visi dan misi yg jelas dan selalu berusaha mewujudkannya.

Menghirup udara segar Lippo Karawaci selama kurang lebih 6 tahun, tentunya banyak sekali kenangan bersama teman-teman senasib sepenanggungan. Berlomba menjadi part timer di mal, di MC D, di Bank Lippo merupakan segelintir kesenangan yang tetap membuat kami tersenyum puas menikmati jerih payah sendiri. O ya, disana menjadi part timer bukanlah hal yang aneh. Jangan heran ketika liburan banyak anak-anak UPH yang jadi kasir, atau jadi pelayan restoran, atau kerja di Bank, atau di AIG, atau di Dynaplast atau sekedar sebagai penjaga loker di Gym UPH. Karena semua itu membuat kami belajar bahwa kerja itu tidak mudah, mencari duit itu tidak gampang, dan sangat cukup untuk memberi pengalaman yg sangat berharga.

Meski aku sekarang tinggal di Jakarta, aku masih rutin main ke Lippo Karawaci, mengingat banyak hal yang membuat aku merasa lebih segar (tukang massage langganan ^^), bisa mengenang masa lalu, bisa menikmati karya nyata dari sebuah mimpi, bisa tetap bermimpi dan belajar terus untuk mewujudkannya ^^


-Putu-

Friday, September 12, 2008

Sastra dan Kehidupanku

Sastra merupakan salah satu seni yang begitu memikat, mampu menggugah perasaan, mampu menggambarkan isi kepala yang beraneka warna, mampu mengheningkan hati yang diterpa angin ribut nan menderu-deru.

Orang mengidentikan "gadis Bali" dengan "tarian". Namun, aku, seorang gadis Bali yang dibesarkan dengan tradisi Bali yang bisa dikatakan sangat saklek, dan masuk garis keturunan penari, aku bisa dikatakan hanya bisa menari sebatas lulus ujian saja. Kenapa demikian?? Mungkin ini salah satu imbas dari ke-saklek-an terhadap sesuatu. Aku malah dengan giatnya belajar Karate atau seni bela diri negara lain, selain rajin belajar tarian-tarian asing. Namun untungnya aku masih menekuni dan sangat tertarik dengan sesuatu yang bernama sastra.

Pagi ini, sepulang dari pura, aku bertemu dengan sastrawan jalanan, orang yang dengan imbalan ala kadarnya bersedia membacakan beberapa buah puisi yang diiringi nyanyian dan petikan gitar. Waktu itu dia membaca puisi yang bercerita mengenai kondisi Indonesia yang tidak jelas arah tujuannya, selayaknya nelayan yang diterpa badai, perahu yang mulai oleng dan hampir tenggelam.

Pertama kali mendengar puisi itu, aku merasa terbenam dalam untaian kata2 sang penyair, aku merasa itu cermin diriku kala ini. Aku bertanya pada angin, pada daun, pada pohon, pada rumput, pada burung, kemana aku harus melangkah, kemana angin akan menerbangkanku. Orang sering berolok2 "tanyakan saja pada rumput yang bergoyang", yang sekilas memiliki arti "tidak ada jawabannya". Pada dasarnya, hanya rumput2 itulah yang tahu, karena mereka saksi hidup segala yang ada di muka bumi ini.

Dengan sastra, menurut salah satu sumber, aku akan bisa menuangkan segala jenis isi hati dan kepalaku yang akan membuatku bebas, selayaknya angin yang berhembus dan rumput2 yang bergoyang.

Aku selalu berterimakasih atas semua kata-kata, kalimat-kalimat yang teruntai dalam rangkaian indah ini, atas berkat krn aku masih bisa berkata-kata!!

-Putu-