Wednesday, December 03, 2008

Cerita Oktober - November

Tengah malam (00:20WIB) mataku terbuka dan aku terbangun dari tidur. Aku teringat kembali dengan sebuah hari di akhir-akhir Oktober -- awal-awal November. Mungkin tidak ada gunanya mengingat semua itu, tapi untungnya aku masih menganggap hari itu mungkin akan bermanfaat utk nanti. Jadi dengan menulis semua itu, at least aku masih menyimpan semuanya dalam bentuk tulisan.

Waktu itu memang masa-masa dimana aku struggled dengan pemikiran sendiri, pemikiran orang tua, dan pemikiran orang-orang di sekitar. Aku merasa sebuah impian ada di depan mata, yaitu traveling overseas, tapi tiba-tiba tercekal dengan sebuah alasan yang memang benar-benar sebuah alasan. Kecewa mungkin iya banget, tapi itu adalah realita yg harus aku terima. Di lain sisi aku dihadapkan pada kemungkinan-kemungkinan lain yang aku pikir semuanya sangat bagus, teramat sangat bagus malah, tapi aku tidak yakin mana yang terbaik untukku. Sekali lagi disinilah fungsi dari insting diperlukan, dan aku merasa bersyukur sekali akhirnya aku menemukan satu per satu jawaban dari semua pertanyaan atau alasan kenapa sebuah alasan muncul.

Sendiri menghadapi permasalahan bukanlah hal baru buatku, namun setiap manusia ada masa-masa desperate dan membutuhkan orang lain. Waktu itu tanpa aku sadari, tanpa aku inginkan juga, tiba-tiba aku teringat seseorang, yang mampu membuat otakku berputar-putar terus hingga subuh akhirnya mataku terpejam juga, meski jam tujuh pagi aku harus kembali bangun untuk bersiap-siap ke kantor. Di kantor, kembali semua bayangan itu muncul. Mungkin aku harus berlari dan melupakan semua itu tapi aku tidak bisa. Waktupun terus berjalan hingga malam tiba. Seperti biasa aku pulang dari kantor dengan menikmati serpihan-serpihan kota Jakarta yang merupakan perpaduan individualisme dan toleransi yang mampu membuatku tersenyum sesaat. Air mataku hendak menetes, senyuman seorang pengemis berhasil menahannya, meski sesaat. Aku merasa dia ada di depanku dan memanggilku, tapi nyatanya tidak. Ketika aku berusaha untuk menahan air mata agar tidak menetes(aku kangen, itulah satu kata yang terbersit), aku menatap langit dan saat itu aku menyadari sebuah tulisan "MANULIFE FINANCIAL" bertengger dengan megahnya di dinding sebuah gedung mewah. Aku tidak mampu lagi manahan semua itu, kalau bisa, aku ingin berlari jauh dari semua itu sehingga aku tidak akan pernah melihat kilauan lampu yang menyinari tulisan itu, yg akan mengingatkanku padanya. Aku merasa dia dekat tapi aku tidak bisa meraihnya...

Setiap hari berurusan sama logika dan realita, aku tidak mau terjerembab dalam semua bayang-bayang maya yang memang terlihat sangat nyata. Beberapa jam setelah semua itu, aku berdiri di halaman dan menatap kilauan cahaya tulisan mewah itu, lagi... untuk kesekian kalinya. Aku harus berani menatapnya, krn itulah kenyataannya. Kalau dia hendak pergi, silahkan pergi sejauh-jauhnya. Jika masanya tiba, dia akan pulang dan kembali. I wish!!

Sekarang, sudah saatnya aku kembali tidur, krn banyak hal yang hendak diselesaikan esok hari. Meski tertatih-tatih, every single thing gonna be ok. Yes, it wiil.

hv a good night

-Putu-

1 comment:

Henry Mandiri said...

ehem... ehem....
ternyata oh ternyata...
melupakan emang suuuliiiit bener...
saya juga musti melupakan seseorang, tapi masih sering ketemu.susah nich... ganbatte !!