Wednesday, June 03, 2009

when they're come n gone

Ketika matahari bersembunyi di balik kabut pagi ini, aku sempat bertanya padanya dari balik jendela, “kenapa kamu belum menampakkan sinar cerahmu...”. Mataharipun diam tanpa memberi suatu jawaban. Akupun terus bertanya dalam hati... “what’s gonna happen next...”. Ketika kepala dipenuhi pertanyaan.... akupun melangkahkan kaki menjauh dari bayang-bayang angka, sampai akhirnya ada suara deringan telpon mengusikku. “Hai.... please pray ya.... something happened this morning. Aunty is dead. No reason about this...”. Hanya terbengong dan air mata mengalir sambil berkata “wao... yap, I will”.

Setiap saat aku diingatkan untuk belajar menatap dunia ini dengan lebih sadar, namun.... aku mengakui aku masih dalam level “manusia”, dimana aku masih mengeluarkan air mata ketika melihat kejamnya dunia, masih tertawa ketika orang lain bahagia, masih berkomentar ketika ada yang nyeleneh.

Bayanganpun mulai lari ke jaman antah barantah, belasan tahun silam, ketika aku ngambek dan aku lari ke rumah “uwa”, kemudian disana aku makan gulali dari tuak. Rasa sedih berubah jadi senyuman ceria, meski gigi terkadang mulai terasa ngilu. Sayur pepaya muda yang dibuatnya selalu memikat perhatianku.... enak sekali rasanya, nikmat dengan segala kesederhanaan itu. Meski terkadang beberapa kata yang kurang pas di telingaku... namun pada dasarnya semua itu aku anggap hal positif. Karena aku tidak berhak menghakiminya... Jauh mata memandang ke lembah pegunungan Batukaru, dimana aku belajar hidup ala survivor. Bagaimana membuat makanan sederhana namun nikmat dan alami, cara membuat tuak manis, cara membuat gulali, cara mengambil air minum di mata air, belajar berbisnis kecil-kecilan lewat sayuran.... semua itu kenangan yang teramat indah untuk dilupakan. Memang masalah kehidupan selalu menjadi bumbu yang tanpa disadari mampu memisahkan dua insan, atau malah mempererat jalinan persaudaraan.

Suatu hari aku mengucapkan selamat pagi, dan dibalas dengan ucapan “selamat pagi kehidupan dan kematian”. Hari ini aku kembali lebih menyadarinya.... memang hidup dan mati gak bisa ditebak dan batasnya sangat tipis. Kapan ada kelahiran, saat itu pula ada kematian.... hukum alam.!.

Wa... selamat jalan. There so much beautiful places for you... Wish you happy in there...

-Putu-

2 comments:

Henry Mandiri said...

Turut berdukacita. Tabah ya put, Smoga diberi kekuatan dan kesabaran... TT

Arta said...

terimakasih mas..... :)