Monday, April 13, 2009

Rogers...

Rogers, nama yang selalu mengingatkanku dengan seekor anjing berbulu putih, dimana aku menjadi saksi perkembangan jiwanya, mulai dari seekor anjing kecil yang cukup “penakut” sampai menjadi seekor anjing yang “ganteng” dan sanggup menggonggong dengan gagahnya.

Sekarang Rogers sudah almarhum alias pergi peninggalkan kami semua, tanpa meninggalkan pesan, bahkan mayatnyapun kami tidak melihat (dia meninggal dan dikuburkan oleh seorang tetangga yang melihatnya tertabrak sepeda motor). Mungkin sudah saatnya dia pergi, setelah bersamaku berlari dalam mimpi dan kami sempat nyasar di alam antah barantah. Tidak biasanya dia kehilangan akal dalam menghindar dari sepeda motor yang setiap hari lalu lalang di depan rumah kami.

Ketika memasuki halaman rumah waktu liburan kemarin, ada sesuatu yang janggal aku rasakan. Dan aku berusaha mengingatnya. Ternyata tidak ada gonggongan Rogers yang menyambutku. Sempat air mata hendak menetes ketika ibu bercerita, tapi aku tahan sambil bergumam “Rogers nanti akan lahir menjadi hewan ternak, kemudian hewan ternak itu akan menjadi hewan kurban dalam upacara, selanjutnya dia akan menjelma menjadi manusia”. Meski dia berada dalam wujud anjing, namun aku selalu bicara padanya selayak teman karib.

Riko yang sudah seperti kakak kandung bagi Rogers, terlihat begitu kehilangan dan sepertinya dia tidak percaya Rogers udah pergi. Terkadang dia bertingkah rada galak pada Browny (anjingku yg terkecil), meski sebetulnya dia sayang banget ama Browny.

Waktu kecil Riko dan Rogers tampak begitu berbeda. Riko yang sangat cuek dan pendiam. Rogers yang cukup cerewet (nakal) tapi sedikit penakut. Seiring berjalannya waktu, Riko selalu menjaga Rogers, entah ketika bermain ataupun sedang tidur atau makan. Riko selalu mendahulukan Rogers. Rogers merasa keberaniannya mulai tumbuh dan mulai belajar menggonggong dan menggonggong, gonggongan Rogers yang mampu membuat nyali orang yang lewat menciut. Namun Riko tetap menjadi sosok yang kalem, tapi jangan pernah usil ama dia karena dia juga bisa sangar sesangar-sangarnya anjing paling galak. Ketika mereka berdua sakit, mereka gak cerewet dan mau diobati, juga mau makan, lumayan banyak lagi. Dan… mereka seneng banget ama sayur (buah papaya muda terutama) – hewankupun mulai belajar vegetarian ^^

Kalau kita pergi ke sebuah tempat, ke rumah nenek, ke kebun, atau ke pura, mereka berdua terlihat seperti pembawa pesan, datangnya selalu duluan dari kami sekeluarga. Sehingga si empunya rumah yang hendak dikunjungi sudah tahu kalau kami akan mengunjungi mereka. Aku kadang-kadang heran, kok mereka ngerti ya kita mau pergi kemana ... ^^ -- itulah mereka, anjing yang instingnya tinggi. Gak salah aku selalu minta mereka menemaniku wherever I am (sewaktu kecil..)

Hhhhh.... anjing anjing... itu hanya nama yg manusia berikan padamu. Aku selalu bisa belajar dari mereka, belajar untuk bangun berdiri ketika kemungkinan berdiri itu begitu kecil. Rogers... terimakasih untuk semuanya. Mungkin Rogers sudah bertemu dengan Luna sekarang -- sobatku jg sewaktu kecil.

-Putu-

2 comments:

Henry Mandiri said...

anjing kakak saya, snup2 ~jenis shit zhu~ juga mati di tabrak motor tuch... kciian bnget d... btw, rogers jenis apa ? samoyed ya ~khan putih katanya~ ?

Arta said...

rogers itu gak jelas jenis apa, krn udah campur2. mulutnya mirip kaya srigala gitu. terus bulunya putih dan banyak, sekilas kaya anjing kintamani. besar tubuhnya gak jauh beda dengan anjing bali umumnya. ganteng deh pokoknya, hehehe