Suatu pagi, terdengar siulan yang begitu merdu. Siulan itu terdengar begitu nyaring dan sanggup menggambarkan betapa cerahnya pagi itu. Sebuah teriakan mengagetkan membuat siulan itu lenyap dari awang-awang. Udara terasa membeku dan berhenti bergerak karena takut akan suara lantang tersebut. “Siswa…. Siapa yang bersiul???”, teriakan itu semakin menakutkan. “Ups, ketahuan deh”, akupun berpikir sejenak sambil memperlambat langkahku memasuki graha tercinta. Pagi itu memang sangat cerah, secerah pikiranku ketika menyelesaikan jadwal lari pagi. Sambil berkeringat, ditiup angin sepoi-sepoi Lembah Tidar memang sangat melegakan nafas.
Bersiul, mungkin merupakan salah satu kesenangan yang sanggup melegakan pikiranku yang tegang, juga karena aku memiliki banyak teman burung. Waktu kecil, setiap hari bercengkerama dengan mereka, terkadang mereka paham perkataan manusia dan aku juga akhirnya bisa bersiul selayaknya mereka. Namun, kesenangan itupun harus aku hentikan, atau mungkin lebih tepatnya aku lakukan dengan sembunyi-sembunyi, ketika “ibuku” yang cantik menasihati “anak perempuan tidak boleh bersiul-siul. Jelas?!?”, suara lembut yang merupakan percampuran kasih sayang dan perintah menembus telinga kanan dan tersimpan rapat dalam kepala (artinya, tidak hanya masuk telinga kanan, keluar telinga kiri). Ibu, itulah sebutan yang sampai detik ini aku ucapkan untuk seseorang yang sangat cantik, jago karate, sangat penyayang, dan dia sekaligus sebagai kakakku. Dia adalah salah satu pengasuhku di graha tercinta sepuluh tahun yang lalu, sekarang dia berada di dekat disini, menikmati hari-hari bahagianya bersama keluarga tercinta, tentu sambil melaksanakan tugas mulia di kediaman sang pemimpin negara.
Pagi ini, aku ingin kembali bersiul, namun sudah tidak nyaman lagi karena aku sekarang berada di kantor. Dan ada sedikit pertanyaan, apakah memang betul seorang anak gadis tidak boleh bersiul?
Menurutku sekarang ini ya, bersiul itu sama dengan belajar bahasa. Betul tidak ? Dengan bersiul, kita berkomunikasi dengan burung kan… meski kadang-kadang bersiul hanya sekedar untuk menyenandungkan lagu-lagu kesayangan. Jadi, tidak ada salahnya mungkin ya untuk belajar banyak bahasa. Aku sendiri sangat kagum terhadap orang yang bisa banyak bahasa, bahasa manusia, bahasa hewan, bahasa roh, atau bahasa apalah namanya yang lain dan sebagainya itu. Be positif aja aku pikir, hehehe ^^
-Putu-
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment