Namanya Dia.... Dia berjalan menyusuri pinggiran jalan yang dipenuhi hiruk pikuk, namun hatinya sunyi, sepi sekali.... Kepalanya dipenuhi dengan pertanyaan tanpa sebuah solusi.
Dia sedih, meski tidak sanggup meneteskan air mata. Dia sangat tegar, meski di balik ketegarannya itu tersimpan cerita panjang tentang sebuah kehidupan. Dia hanya diam.... diam tanpa berkata, meski otak-nya dipenuhi kalimat yang bergejolak dan siap-siap untuk hengkang dari kepalanya yang kecil.
Dia tak berani lagi mencinta. Dia lelah dan tak berani berharap. Dia sedih. Dia bahagia. Dia bebas. Dia lepas. Dia pasrah. Dia kuat. Dia tegar. Dia hanya bisa berbisik lirih.... “aku sangat menyayangi mereka, mereka anak-anak itu, orang tua itu, mereka yang lari dari kehidupan fana ini.”
Dia adalah manusia biasa, yang membutuhkan cinta dan memiliki cinta. Dia belajar untuk mencinta, hingga tiba masanya Dia tak berani mencinta. Namun.... Dia hanya tahu satu hal bahwa “tak berani” adalah sebuah penyakit yang bisa diobati dengan sebuah obat mujarab yang tersedia di alam ini.
Dia adalah the little human on the silent corner who try to face the destiny with all spirit, braveness and positive mind.... Dia tetaplah Dia meski dunia ini runtuh sekalipun. Dia.... hanya Dia....
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment