Seseorang baru lewat di sebelah dan bertanya mengenai kue yang notabene adalah kue favoritku.
Dari pagi dia mondar-mandir terus, sampai akhirnya dia bertanya ke aku ”eh, kue kemarin yang kamu beli itu apa nama tokonya?”. Ternyata hari ini istrinya ulang tahun.... Dan, dia ingin memberikan surprise untuk sang istri tercinta. Wao.... pasti istrinya akan senyum-senyum sendiri ketika menerimanya, dan sang anak akan bersorak gembira ketika kiriman tiba yang berupa ice cream black forest.... (secara dari kemarin2 sang anak dilarang untuk makan ice cream).
Setelah beberapa lama mencari ide untuk order kue dan delivery-nya, alhasil senyuman lepas-pun memuncah... Berhasil.... ^-^
Tanpa disadari, aku merasa bahagia melihat orang di sekitar bahagia. Terlebih ketika membayangkan senyum bahagia istrinya ketika menerima hadiah ulang tahun itu...
Menjalani hari-hari sebagai ibu rumah tangga dengan empat orang anak, yang tidak bertemankan pembantu, mungkin terkadang terlihat (terasa) begitu sulit dan merasa tidak adil. Melihat ibu-ibu lainnya berdandan untuk pergi hang out (anaknya diserahkan ke pembantu), dia harus mengurus rumah dan anak-anak, serta menyiapkan segala hal guna menanti sang suami pulang dari mengais segenggam emas di kantor. Meski tidak pernah terucapkan, terlihat sekali kalau sang suami sangat kagum akan istrinya. ”Benar-benar istri yang soleha”, pikirnya. Sederhana, smart, tahu menempatkan diri, ibadahnya bagus, pintar memasak, sabar mengurusi keluarga.... semua itu adalah nilai lebih yang jauh melebihi kecantikan sebuah wajah.
Melirik life style jaman sekarang (terutama di kota metropolis), berapa banyak wanita yang sanggup seperti itu?? Tidak banyak, jawabnya. Namun.... apakah hanya dengan cara demikian kita melaksanakan hak dan kewajiban selaku istri? Aku rasa tidak.!. (bekerja di rumah dan di kantor mungkin alternatif lain... meski memang membutuhkan tenaga serta kreatifitas extra).
Bekerja di kantor dan mengurusi rumah bisa jadi hal yang berat bagi yang tidak terbiasa. Cuman sering kali orang-orang yang masuk kategori ”perfectionist” dan orang-orang yang tidak mau membuat ”konflik” berpikir untuk mengerjakan semuanya sendiri. Kalau mengurus diri sendiri, mungkin masih bisa demikian, lalu bagaimana dengan anak-anak?? Apakah si anak bisa diajak ke kantor, agar kita bisa mengawasinya selalu? Tentu satu hal ini menjadi pemikiran tersendiri bagi orang-orang kategori di atas. Mau tidak mau, jalan tengah harus diambil.... Meningkatkan kepercayaan pada orang lain untuk mengurus keluarga atau meninggalkan dunia perkantoran, atau mungkin mencari alternatif lain sehingga tetep bisa berekspresi sambil mengurus rumah tangga.
Demikianlah kisah singkat di hari ini, serta beragam pemikiran yang mungkin perlu dicerna lebih dalam. Cuman kalo kembali ke konsep dasar, semua itu hanya tergantung pada pemahaman akan eksistensi kita di dunia ini. Goodluck!!
-Putu-
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment